Scroll Text - http://www.marqueetextlive.com

Jumat, 06 Februari 2015

CERPEN: Dia yang selalu aku tulis



Kamu adalah seseorang yang selalu aku tulis, tetapi aku adalah seseorang yang tak pernah kamu baca. Aku hanya seorang gadis yang berani mengutarakan perasaanku didalam jajaran huruf yang berada diatas kertas putih penuh harapan. Namaku Zahira. Aku telah lama menyukai seseorang lelaki yang selalu menjadi inspirasiku. Sejak kejadian MOS dimana Ia membantuku ketika aku hampir pingsan dan ia menggendongku sampai ke ruangan kesehatan. Dari situ, bayangannya selalu muncul dipikiranku. Tak ada kata lain yang pernah aku ucapkan selain kata 'terimakasih'. Ya, lucu sekali. Aku belum pernah mengenalinya dan tak sempat untuk berkenalan tetapi aku sudah memiliki perasaan yang tak biasa padanya.

Karena rasa penasaran yang mendorongku, aku mencari semua tentangnya. Semuanya membuahkan hasil, namanya tak begitu mendeskripsikan penampilannya, Suryo. Ya, dia bagaikan Suryo yang menyinari hidupku yang kelam ini. Lelaki yang selalu dalam keadaan rapi, mempunyai mata yang indah seperti tokoh manga, dan aksen bicaranya yang lembut tetapi tegas. Ah, aku tak tau pasti apa alasan mengapa aku bisa menyukainya. karena yang aku tau, cinta tak butuh alasan...
Aku hanya bisa menjadi seorang pengagum rahasia yang selalu tersenyum melihatnya tertawa dari kejauhan. Tetapi, semua tentangnya menjadi inspirasiku untuk menulis. Ya, aku adalah anggota ekskul mading. Jadi, hanya disitulah aku bisa meluapkan apa yang aku rasakan. Selain itu aku berpikir peluangnya besar untuk dia melihat tulisanku. Walaupun yang aku tau, ia tak begitu suka membaca.

Kelasku dengannya tak begitu jauh, untuk itu aku sering melewati kelasnya agar aku bisa tahu kehadirannya. Suatu hari aku tak sarapan karena terburu-buru. Saat disekolah, aku merasa sangat lapar dan penyakit maagku kambuh. Saat bel istirahat, aku bergegas ke kantin dengan tak berdaya. Tetapi tiba-tiba semuanya buyar dan tanpa disadari aku terjatuh pingsan karena aku tak mampu untuk berjalan. Aku terjatuh lemas dan tak bisa melihat sekitar hanya mendengar suara orang yang berbicara meneriakkan ke telingaku.
Aku terbangun dari ketidak berdayaanku, posisiku sudah diruang kesehatan lagi. Saatku membuka mata ada seseorang lelaki yang sedang memperhatikanku sambil mengaduk cangkir. Aku terkejut, ternyata dia… Suryo.

“Kenapa aku bisa disini?” Aku bertanya. Dan diapun menjawab, “kamu tadi pingsan, jadi aku bawa kamu kesini”. Dia mendekatiku dan aku mencoba membangunkan badanku. “Zahira, kamu perempuan yang waktu itu pingsan pas MOS ya?” Tanyanya. “Mengapa kamu bisa tau namaku? Iya. Kamu yang menolongku bukan?” Jawabku. “Iya, itu aku melihat nama dibajumu”. Jawabnya. “Oh iyaa, terimakasih kamu sudah membantuku lagi”. Tanpa disadari terjadi percakapan panjang yang terjadi antara kami. Tak ku sangka Suryo adalah seorang ketua di unit kesehatan sekolahku ini. Aku berfikir, jika aku bisa bersamanya mungkin dia akan kewalahan sekali dengan kondisi fisik ku yang sangat lemah. Dan berandai-andaipun mulai aku bayangi. Aku terpesona melihatnya saat ia berbicara, tak sedetikpun aku lewati tanpa memperhatikan sosok yang begitu aku kagumi saat itu.

“Kamu suka banget ya nulis di mading?” Pertanyaan yang sangat membuatku terkejut. “Umm… Ya, kamu suka lihat mading?” Jawabku. “Aku tak terlalu suka membaca, tetapi aku sering melihat tulisanmu. Ya iseng-iseng baca. Kata-kata kamu bagus, puisinya seperti dari perasaan kamu. Kamu sedang suka sama seseorang yaaa?” Candanya. “Hehe aku sedang belajar, kalau dari hati atau bukannya sih emang iya pasti setiap tulisanku dari hati, bukan dari pikiran. Karena apa yang tak bisa ku ucapkan selalu aku pendam dihati, dan akhirnya hatiku berbicara lewat semua tulisanku” Jawabku sambil curhat. Mendengar itu Suryopun berkata “Wah, beruntung sekali laki-laki yang kamu kagumi disetiap puisimu”. Aku hanya bisa tersenyum, seandainya dia tau bahwa laki-laki itu adalah dirinya.

Hari-haripun berlalu, semenjak kejadian itu kita semakin dekat. Selalu bersama kekantin, belajar bersama, bermain bersama dan semuanya itu membuatku sangat bahagia. Kedekatan kami membuat Suryo berani menceritakan tentang perasaannya untuk seorang perempuan. Ia selalu minta pendapatku tentang bagaimana bisa memprediksikan bahwa perempuan itu juga menyukai dirinya dan menanyakan hobi perempuan itu yang kebetulan sama denganku. Tetapi dia enggan memberi tahuku siapa perempuan itu. Rasa penasaranku membuat hatiku sakit, ku kira kedekatan kami selama ini bisa memberikan harapan bagiku untuk lebih. Ternyata aku salah, sepertinya dia hanya menganggapku cuma sebatas teman. Padahal telah banyak yang aku berikan padanya, aku luangkan padanya untuk menunjukkan bahwa aku mempunyai perasaan lebih padanya. Dari perhatian dan hal kecil sampai yang tak terduga, sepertinya itu tak berarti apa-apa baginya.

“Mengapa puisimu jadi galau?” Tanyanya. “Hmm.. Orang yang aku sayangi ternyata menyukai orang lain. Selama ini aku sudah berusaha untuk menunjukkan perasaanku padanya. Tapi semuanya itu sia-sia. Aku cape menunggunya” Aku menjawab dan tanpa disadari aku meneteskan air mata. Tiba-tiba hal yang tak pernah kupikirkan terjadi, Suryo memelukku dan berkata, “Zahira, aku tak mau paras ceriamu ternodai oleh air mata. Aku ingin selalu membuat kamu tertawa. Apakah selama ini kamu tak menyadari bahwa ada orang yang selalu ingin membahagiakanmu lebih dari apapun?”. Pelukan suryo ku lepas dan aku bertanya, “Siapa yo? Tak mungkin ada orang seperti itu suka sama seseorang gadis yang lemah dan pemalu sepertiku”. “AKU!” dia berkata sedikit keras dan kembali memelukku. “Aku menyukaimu lebih dari teman, aku menyayangimu. Selama ini perempuan yang ku ceritakan adalah dirimu. Mengapa kamu tak sadar, ra?”. Pelukannya sangat erat dan aku menjawab “Asal kamu tau kalau laki-laki yang aku kagumi itu adalah kamu, bayanganmu yang ada disetiap kata yang aku tulis. Aku harap dengan tulisanku kamu juga bisa membaca hatiku. Tapi, apa semua yang kamu katakana itu benar? ini hanya kebetulan? Apa ini emang takdir?”.

Suryo melepaskan pelukannya dariku, ia tersenyum melihatku tetapi aku masih saja menangis. Ia mengusap air mata dipipiku sambil berkata, “Berjanjilah padaku kamu akan selalu bahagia, apapun akan aku lakukan demi mendapatkan tawa dan senyummu setiap saat. Ra, kamu mau kan selalu ada disampingku?” Tanyanya dengan lembut. Aku terdiam sebentar dan bertanya padanya “Tapi, apa aku pantas untukmu?. Suryo menjawab, “justru aku yang seharusnya bertanya seperti itu. Kamu itu lebih dari yang aku bayangkan ra. Aku sangat menyayangimu”. Aku tersenyum dan berkata “Iya suryo, Aku juga sangat menyayangimu. Berjanjilah juga kalau kamu akan  selalu menjadi sosok yang indah disetiap tulisanku”. Dia tersenyum dan memegang tanganku dengan erat dan berkata kembali “Sekarang tulisanmu tak hanya sekedar tulisan, aku mengerti tulisanmu tak hanya dibaca tapi harus dirasakan  untuk menggambarkan perasaanmu. Ya aku akan selalu menjadi kata-kata indah disetiap tulisanmu. Aku akan selalu menuliskan kisah bahagia di wajahmu. Aku berjanji, penulis hatiku….”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar