Kamu adalah seseorang yang selalu aku
tulis, tetapi aku adalah seseorang yang tak pernah kamu baca. Aku hanya seorang
gadis yang berani mengutarakan perasaanku didalam jajaran huruf yang berada
diatas kertas putih penuh harapan. Namaku Zahira. Aku telah lama menyukai
seseorang lelaki yang selalu menjadi inspirasiku. Sejak kejadian MOS dimana Ia
membantuku ketika aku hampir pingsan dan ia menggendongku sampai ke ruangan
kesehatan. Dari situ, bayangannya selalu muncul dipikiranku. Tak ada kata lain
yang pernah aku ucapkan selain kata 'terimakasih'. Ya, lucu sekali. Aku belum
pernah mengenalinya dan tak sempat untuk berkenalan tetapi aku sudah memiliki
perasaan yang tak biasa padanya.
Karena rasa penasaran yang mendorongku,
aku mencari semua tentangnya. Semuanya membuahkan hasil, namanya tak begitu
mendeskripsikan penampilannya, Suryo. Ya, dia bagaikan Suryo yang menyinari
hidupku yang kelam ini. Lelaki yang selalu dalam keadaan rapi, mempunyai mata
yang indah seperti tokoh manga, dan aksen bicaranya yang lembut tetapi tegas.
Ah, aku tak tau pasti apa alasan mengapa aku bisa menyukainya. karena yang aku
tau, cinta tak butuh alasan...
Aku hanya bisa menjadi seorang pengagum
rahasia yang selalu tersenyum melihatnya tertawa dari kejauhan. Tetapi, semua
tentangnya menjadi inspirasiku untuk menulis. Ya, aku adalah anggota ekskul
mading. Jadi, hanya disitulah aku bisa meluapkan apa yang aku rasakan. Selain
itu aku berpikir peluangnya besar untuk dia melihat tulisanku. Walaupun yang
aku tau, ia tak begitu suka membaca.
Kelasku dengannya tak begitu jauh, untuk
itu aku sering melewati kelasnya agar aku bisa tahu kehadirannya. Suatu hari
aku tak sarapan karena terburu-buru. Saat disekolah, aku merasa sangat lapar
dan penyakit maagku kambuh. Saat bel istirahat, aku bergegas ke kantin dengan
tak berdaya. Tetapi tiba-tiba semuanya buyar dan tanpa disadari aku terjatuh
pingsan karena aku tak mampu untuk berjalan. Aku terjatuh lemas dan tak bisa
melihat sekitar hanya mendengar suara orang yang berbicara meneriakkan ke
telingaku.
Aku terbangun dari ketidak berdayaanku,
posisiku sudah diruang kesehatan lagi. Saatku membuka mata ada seseorang lelaki
yang sedang memperhatikanku sambil mengaduk cangkir. Aku terkejut, ternyata
dia… Suryo.
“Kenapa aku bisa disini?” Aku bertanya.
Dan diapun menjawab, “kamu tadi pingsan, jadi aku bawa kamu kesini”. Dia
mendekatiku dan aku mencoba membangunkan badanku. “Zahira, kamu perempuan yang
waktu itu pingsan pas MOS ya?” Tanyanya. “Mengapa kamu bisa tau namaku? Iya.
Kamu yang menolongku bukan?” Jawabku. “Iya, itu aku melihat nama dibajumu”.
Jawabnya. “Oh iyaa, terimakasih kamu sudah membantuku lagi”. Tanpa disadari
terjadi percakapan panjang yang terjadi antara kami. Tak ku sangka Suryo adalah
seorang ketua di unit kesehatan sekolahku ini. Aku berfikir, jika aku bisa
bersamanya mungkin dia akan kewalahan sekali dengan kondisi fisik ku yang
sangat lemah. Dan berandai-andaipun mulai aku bayangi. Aku terpesona melihatnya
saat ia berbicara, tak sedetikpun aku lewati tanpa memperhatikan sosok yang begitu
aku kagumi saat itu.
“Kamu suka banget ya nulis di mading?”
Pertanyaan yang sangat membuatku terkejut. “Umm… Ya, kamu suka lihat mading?”
Jawabku. “Aku tak terlalu suka membaca, tetapi aku sering melihat tulisanmu. Ya
iseng-iseng baca. Kata-kata kamu bagus, puisinya seperti dari perasaan kamu.
Kamu sedang suka sama seseorang yaaa?” Candanya. “Hehe aku sedang belajar,
kalau dari hati atau bukannya sih emang iya pasti setiap tulisanku dari hati,
bukan dari pikiran. Karena apa yang tak bisa ku ucapkan selalu aku pendam
dihati, dan akhirnya hatiku berbicara lewat semua tulisanku” Jawabku sambil
curhat. Mendengar itu Suryopun berkata “Wah, beruntung sekali laki-laki yang
kamu kagumi disetiap puisimu”. Aku hanya bisa tersenyum, seandainya dia tau
bahwa laki-laki itu adalah dirinya.
Hari-haripun berlalu, semenjak kejadian
itu kita semakin dekat. Selalu bersama kekantin, belajar bersama, bermain
bersama dan semuanya itu membuatku sangat bahagia. Kedekatan kami membuat Suryo
berani menceritakan tentang perasaannya untuk seorang perempuan. Ia selalu
minta pendapatku tentang bagaimana bisa memprediksikan bahwa perempuan itu juga
menyukai dirinya dan menanyakan hobi perempuan itu yang kebetulan sama denganku.
Tetapi dia enggan memberi tahuku siapa perempuan itu. Rasa penasaranku membuat
hatiku sakit, ku kira kedekatan kami selama ini bisa memberikan harapan bagiku
untuk lebih. Ternyata aku salah, sepertinya dia hanya menganggapku cuma sebatas
teman. Padahal telah banyak yang aku berikan padanya, aku luangkan padanya untuk
menunjukkan bahwa aku mempunyai perasaan lebih padanya. Dari perhatian dan hal
kecil sampai yang tak terduga, sepertinya itu tak berarti apa-apa baginya.
“Mengapa puisimu jadi galau?” Tanyanya.
“Hmm.. Orang yang aku sayangi ternyata menyukai orang lain. Selama ini aku
sudah berusaha untuk menunjukkan perasaanku padanya. Tapi semuanya itu sia-sia.
Aku cape menunggunya” Aku menjawab dan tanpa disadari aku meneteskan air mata.
Tiba-tiba hal yang tak pernah kupikirkan terjadi, Suryo memelukku dan berkata, “Zahira,
aku tak mau paras ceriamu ternodai oleh air mata. Aku ingin selalu membuat kamu
tertawa. Apakah selama ini kamu tak menyadari bahwa ada orang yang selalu ingin
membahagiakanmu lebih dari apapun?”. Pelukan suryo ku lepas dan aku bertanya,
“Siapa yo? Tak mungkin ada orang seperti itu suka sama seseorang gadis yang
lemah dan pemalu sepertiku”. “AKU!” dia berkata sedikit keras dan kembali
memelukku. “Aku menyukaimu lebih dari teman, aku menyayangimu. Selama ini
perempuan yang ku ceritakan adalah dirimu. Mengapa kamu tak sadar, ra?”.
Pelukannya sangat erat dan aku menjawab “Asal kamu tau kalau laki-laki yang aku
kagumi itu adalah kamu, bayanganmu yang ada disetiap kata yang aku tulis. Aku
harap dengan tulisanku kamu juga bisa membaca hatiku. Tapi, apa semua yang kamu
katakana itu benar? ini hanya kebetulan? Apa ini emang takdir?”.
Suryo melepaskan pelukannya dariku, ia
tersenyum melihatku tetapi aku masih saja menangis. Ia mengusap air mata
dipipiku sambil berkata, “Berjanjilah padaku kamu akan selalu bahagia, apapun
akan aku lakukan demi mendapatkan tawa dan senyummu setiap saat. Ra, kamu mau
kan selalu ada disampingku?” Tanyanya dengan lembut. Aku terdiam sebentar dan
bertanya padanya “Tapi, apa aku pantas untukmu?. Suryo menjawab, “justru aku
yang seharusnya bertanya seperti itu. Kamu itu lebih dari yang aku bayangkan
ra. Aku sangat menyayangimu”. Aku tersenyum dan berkata “Iya suryo, Aku juga
sangat menyayangimu. Berjanjilah juga kalau kamu akan selalu menjadi sosok yang indah disetiap
tulisanku”. Dia tersenyum dan memegang tanganku dengan erat dan berkata kembali
“Sekarang tulisanmu tak hanya sekedar tulisan, aku mengerti tulisanmu tak hanya
dibaca tapi harus dirasakan untuk
menggambarkan perasaanmu. Ya aku akan selalu menjadi kata-kata indah disetiap tulisanmu.
Aku akan selalu menuliskan kisah bahagia di wajahmu. Aku berjanji, penulis
hatiku….”