Aku adalah orang yang selalu kamu berbagi keceriaan dan kesedihan. Karena itu pula aku adalah orang pertama yang kamu cari untuk berbagi cerita yang tak bisa kamu diamkan sendiri. Ya, Aku adalah temanmu. Bukan hanya sekedar teman, tapi kita adalah sahabat. Yang dimana ada aku, disitu juga ada kamu. Berteriak bersama dan kegirangan saat kesenangan menghampiri kita. Mencari sesuatu hal yang belum pernah dilakukan untuk menepis rasa bosan maupun jenuh. Membuat kegilaan yang membuat kegalauan sirna begitu cepat. Bagiku kamu bukan sekedar sahabat, mungkin juga seperti saudara. Kita sudah begitu dekat dan selalu bersama. Kita saling menyayangi satu sama lain, memberi dukungan dan mendorong satu sama lain, berbagi cerita dari hal kecil sampai hal yang seharusnya tidak penting untuk diobrolin. Tertawa bersama menangis juga bersama. Sama-sama jatuh tapi tetap bersama untuk bangkit. Ya, aku mengerti arti persahabatan karena kehadiranmu...
Semua yang kamu rasakan pasti akan ditumpahkan juga padaku, untuk memberi rasa lega pada hati yang tak mampu memendam sendiri. Mustahil rasanya jika aku tak tau siapa orang yang berhasil mencuri perhatianmu. Bukankah seorang sahabat yang baik harus tau satu sama lain tentang perasaan sahabatnya? Ya, menurutku begitu. Tapi, apakah ini yang dinamakan dengan kebetulan. Tidak, bukan kebetulan. Apakah ini takdir? Atau hanya cobaan untuk hubungan persahabatan kita?
Aku tak menyangka, orang yang kamu puja, orang yang kamu percayai untuk meletakkan hatimu, orang yang kamu anggap adalah orang yang selama ini kamu cari dan menginginkannya sebagai kekasihmu adalah orang yang diam-diam aku menaruhkan perasaan padanya.
Betapa bimbangnya saat kamu menanyakan siapa orang yang disukai olehku, aku hanya bisa terdiam sembari senyum sambil berkata "Belum ada". Padahal aku ingin sekali mengutarakan sedikit cerita kebahagiaanku tentangnya. Bagaimana aku ingin teriak kencang disaat aku berada didekatnya, bagaimana aku diam-diam memperhatikan gerak-geriknya dari kejauhan, bagaimana perasaanku disaat aku mendapatkan senyuman darinya. Tetapi itu tak mungkin aku ceritakan, karena aku yakin kamu pasti akan memandang sebelah aku sebagai sehabatmu.
Aku hanya bisa memendam perasaan ini tanpa seorangpun tau, aku hanya bisa berbicara dengan boneka kesayanganku dan berharap bertemu dengannya dalam mimpi. Aku tak mau melukai orang yang selalu ada disaat aku membutuhkannya. Aku hanya ingin melihat sahabatku senang dengan pilihannya. Munafik emang jika aku tak ingin memperjuangkan orang yang aku sayangi. Tapi apa daya, sepertinya persahabatanku lebih berharga daripada perasaaan ini. Perasaan yang belum tentu dibalas, perasaan yang penuh dengan khayalan semu. Sedangkan persahabatanku jelas adanya, jelas kehadirannya. Akhirnya dan tak ada pilihan lain, aku harus mendukung sahabatku untuk mendapatkan kebahagiaanya bersama orang yang disayanginya..
Rasa penyesalan pasti ada, pernah terfikir padaku mengapa aku tak menceritakan perasaanku ini duluan sebelum kamu menceritakannya. Atau aku menyesal telah menyayangi orang yang disayangi olehnya. Ah, aku tak mengerti. Tapi, aku sudah terlanjur menaruh harapan padanya. Walaupun itu tak mungkin, sekecil apapun kesempatan yang ada setidaknya aku bisa melihat senyumnya dari dekat tanpa harus ada yang menghalangi. Entahlah, akankah ada kesempatan itu untuk berlanjut menjadi lebih indah...
Aku tak boleh memikirikan keegoisanku, aku harus bisa memutuskan hal yang terbaik. Mengikhlaskan orang yang disayang atau kehilangan seorang sahabat. Tak perlu waktu yang cukup lama. Aku mengikhlaskan orang yang aku sayangi untuk dicintai oleh sahabatku sendiri. Tak apa, bukankah menyenangkan melihat 2 orang yang kita sayang bahagia? Apalagi orang yang kita sayang berada bersama sahabat kita sendiri, seseorang yang dipercaya bisa membahagiakannya lebih daripada kita. Mungkin, ini bukan suatu permasalahan dalam persahabatan. Ini hanya bentuk sebagaimana dewasanya kita dalam menyikapi hal-hal yang penting bagi kehidupan kita kedepannya. Pacar bukanlah segalanya, temanlah yang segalanya. Saat bersedih karena pacar, kita pasti mengadu ke teman bukan? Saat kita terluka, kita juga lari ke teman bukan? Menurutku, pacar adalah kebahagiaan yang sementara. Teman adalah kebahagiaan yang utuh. Dunia ini ada yang namanya mantan pacar, tapi teman? Tidak ada yang namanya mantan teman. Teman itu bisa dibilang sebagai pelengkap hidup kamu, kita membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup itu adalah seorang teman. Kita tak bisa berjalan sendiri tanpa adanya dukungan dari siapapun. Teman adalah keluarga kedua, teman itu seperti kakak-adik. Tak harus memandang lebih, berteman itu tidak ada yang pilih-pilih. Hanya orang yang tak mengerti apa arti dari sebuah pertemanan atau persahabatan saja yang pilih-pilih dalam hal berteman. Ya, bagaimana dengan opinimu?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar